Micromanagement: Gaya Kepemimpinan yang Red Flag Untuk Tim
Tempat Kerja | 09 Oct 2023 | By Dreamtalent Blog Writer
Micromanagement: Gaya Kepemimpinan yang Red Flag Untuk Tim

Summary: Micromanagement berdampak bagi kinerja karyawan dan meningkatkan angka turnover sehingga perlu dihindari oleh perusahaan.

 

Expectations: Setelah membaca artikel ini, Anda diharapkan akan paham mengenai apa itu gaya kepemimpinan micromanagement, dampak, penyebab, dan cara mengatasinya.

 

Bayangkan jika Anda memiliki atasan yang ingin mengontrol setiap langkah dalam pekerjaan Anda, seperti memberi tahu bagaimana cara menulis setiap email, mengatur apa yang harus Anda katakan dan tidak katakan ketika rapat, atau bahkan menentukan keputusan yang harus Anda ambil dalam hal pekerjaan. Nah, itulah yang terjadi jika seorang pemimpin melakukan micromanagement pada anggota timnya dalam dunia kerja. 

 

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang apa itu manajemen mikro, apa dampak dan penyebabnya, bagaimana cara menghentikannya agar pekerjaan menjadi lebih menyenangkan bagi semua orang. Simak penjelasan ini sampai akhir!

 

Apa Itu Micromanagement?

 

Definisi Micromanagement

 

Micromanagement terjadi ketika atasan ingin mengontrol semua hal yang dilakukan oleh karyawannya, melebihi yang seharusnya dilakukan dalam pekerjaan normal.

 

Banyak karyawan yang memiliki atasan seperti ini. Ketika seorang atasan mengatur karyawannya secara mikro, hal ini dapat membuat karyawan merasa kurang percaya diri, seperti tidak memiliki kebebasan, dan hal ini dapat membuat karyawan tidak bisa berkreasi.

 

Namun terkadang, saat seorang atasan terlalu memerintah, hal ini bisa membuat karyawan ingin mencari pekerjaan baru atau bahkan membuat mereka merasa sangat khawatir, stres, atau sedih.

 

Hal ini selaras dengan survey yang dilakukan oleh Trinity Solutions terkait gaya kepemimpinan micromanagement sebagai berikut:

 

  • 79% karyawan pernah mengalami micromanagement

  • 71% mengatakan bahwa micromanagement mengganggu kinerja pekerjaan mereka

  • 85% melaporkan bahwa semangat kerja mereka terpengaruh secara negatif

  • 69% mempertimbangkan untuk berganti pekerjaan karena micromanagement

  • 36% benar-benar berganti pekerjaan



6 Ciri Micromanagement

 

6 Tanda Micromanagement

 

Berikut ini adalah 6 tanda seseorang menerapkan micromanagement dalam timnya, yaitu:

 

1. Terobsesi Dengan Detail Kecil

Manajer yang melakukan micromanagement kerap kali memberikan instruksi yang terlalu rumit untuk dipahami atau dilakukan. Akibat obsesi terhadap detail yang kecil mengakibatkan proyek yang sederhana pun bisa menjadi sangat rumit. Instruksi yang begitu rinci dan berbelit-belit anggota tim yang lain tidak mengerti dan menghambat jalannya pekerjaan.

2. Percaya Tak Ada Orang Yang Capable

Micromanager sering kali percaya bahwa mereka berada di posisi yang lebih tinggi atau di atas orang-orang yang kurang berbakat karena hanya mereka yang bisa dipercaya untuk bekerja secara efektif. Hal tersebut menyebabkan mereka juga cenderung untuk mengontrol proses penyelesaian pekerjaan dengan mengabaikan pengetahuan, pengalaman, dan ide orang lain

3. Penyalahgunaan Wewenang

Seseorang yang menerapkan micromanagement dalam timnya terkadang menyalahgunakan wewenang mereka untuk mengendalikan orang lain karena mereka merasa lebih pantas untuk melakukan suatu tugas tertentu. Misalnya, dengan cara mendikte, mengontrol, dan memanipulasi waktu orang lain.

4. Terobsesi Dengan Update

Terkadang mereka suka meminta update status dan laporan secara sering untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Hal ini dapat mengakibatkan sang karyawan menghabiskan lebih banyak waktu untuk membuat update yang mendetail daripada berfokus pada apa yang menjadi tugas mereka

5. Setiap Hal Perlu Mendapatkan Persetujuan

Mereka sering kali merasa bahwa mereka adalah satu-satunya yang mampu mengambil keputusan secara efektif. Tentunya hal ini akan menghambat proses kerja karena semua orang harus meminta persetujuan terlebih dahulu sebelum melaksanakan tugas tersebut.

6. Sulit Membuat Keputusan

Hal ini menyebabkan dua masalah besar. Pertama, anggota tim sang manajer akan kebingungan apakah mereka benar-benar diizinkan untuk melakukan pekerjaan yang pada awalnya mereka lakukan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri yang tajam. Pada akhirnya, micromanager menjadi sangat terbebani dengan pekerjaan orang lain sehingga mereka gagal melakukan pekerjaan mereka sendiri.

 

Apa Penyebabnya?

Setiap pemimpin memiliki gaya dan tipe kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada berbagai faktor yang menyebabkan perbedaan gaya kepemimpinan seseorang dalam sebuah tim.. 

 

Menurut Harvard Business Review, ada 2 hal yang menyebabkan seorang manajer menerapkan micromanaging sebagai gaya kepemimpinan mereka, yaitu:

 

  • Ingin merasa lebih terhubung dengan karyawan lainnya, khususnya karyawan yang berada di tingkat bawah

  • Merasa lebih nyaman melakukan pekerjaan lama mereka, daripada mengawasi karyawan yang sekarang melakukan pekerjaan itu

 

6 Cara Mengatasi Micromanagement

 

6 Cara Menghentikan Micromanagement

 

1. Identifikasi Penyebabnya

Setiap micromanager memiliki alasan dan penyebabnya masing-masing, maka dari itu Anda harus mencari tahu terlebih dahulu mengenai penyebabnya. Misalnya, pemimpin yang baru belum belajar apa saja yang harus dikelola, sehingga mereka terlalu terlibat dalam suatu hal. Bahkan, bisa saja mereka masih kurang berpengalaman sehingga tidak tahu cara untuk memberikan instruksi yang baik. Jadi, sebagai HR Anda harus mencari tahu hal tersebut lebih dalam.

 

2. Adakan Weekly Meetings

Tetapkan tujuan dan ekspektasi dalam suatu tugas atau proyek di awal dan lakukan pengecekan berkala untuk mengetahui perkembangannya. Seorang atasan yang melakukan micromanagement memiliki masalah kepercayaan dan kontrol. Dengan mengadakan rapat mingguan akan membantu dalam membahas kemajuan pekerjaan sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan.

 

3. Fokus Pada Hasil, Bukan Progress

Seorang micromanager mudah terjebak dalam detail-detail kecil sehingga dapat merusak tujuan sang pemimpin. Hindari detail kecil dengan berfokus pada hasil. Ketika para pemimpin berfokus pada hasil daripada orang dan bagaimana proses menghasilkannya, maka segala usahanya akan memberikan hasil yang lebih maksimal

 

4. Pastikan Job Description Diri Sendiri

Tinjau kembali segala job desc terkait posisi Anda setiap harinya. Penting juga untuk memastikan ekspektasi Anda terkait pekerjaan, dan memiliki semua informasi, resources, dan tools yang mendukung untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

 

5. Terapkan 95-95 Rules

Kebanyakan seorang pemimpin melakukan micromanagement karena mereka pribadi yang perfeksionis, tetapi dalam konteks yang negatif. Mereka pikir bahwa tidak ada orang yang bisa melakukan suatu pekerjaan sebaik mereka. Lalu, apa solusinya? 95-95 rules. Jika mereka menerima 95% kinerja yang baik, 95% dari waktu, mereka akan mengatur 95% lebih sedikit.

 

6. Rekrut Karyawan Dengan Talenta Terbaik

Terkadang ketika seorang pemimpin mengatur karyawan mereka secara detail, pemimpin tersebut mungkin merasa ada sesuatu yang kurangnya dalam diri sang karyawan saat melakukan tugas. Oleh karena itu, penting untuk mempekerjakan karyawan terbaik dengan kemampuan yang tepat untuk melaksanakan hasil pekerjaan secara mandiri.


Lalu, bagaimana caranya? Anda bisa memaksimalkan proses perekrutan di perusahaan Anda dengan mengadakan tes psikometri di Dreamtalent. Dengan mengadakan tes psikomteri tersebut, Anda bisa memahami dan mengenal kepribadian, minat, dan motivasi dari calon karyawan Anda lebih dalam.