Membentuk Psychological Safety Diri
Tempat Kerja | 13 Dec 2019 | By Guest Author
Membentuk Psychological Safety Diri

Kita semua sudah pernah mengalaminya: kamu duduk di dalam rapat dan bos bertanya, “Ada yang punya masukan?” dan semua orang diam. Atau kamu di seminar dan pembicara minta seseorang untuk maju, tapi semua orang pura-pura tidak lihat.

Mungkin kamu memang pemalu. Tapi tidak mungkin semua orang di dalam ruangan adalah pemalu. Jadi apa alasan dibalik tiba-tiba enggan untuk berdiri dan berbicara, terutama di depan sekelompok orang lain?

Psychological safety

Alasannya ada psychological safety — atau kekurangannya. Seperti yang dijelaskan oleh Amy Edmondson yang menamainya, psychological safety adalah dimana kamu merasa aman untuk menyuarakan opini, memperlihatkan perasaan, dan mengakui kesalahan tanpa rasa takut akan dipermalukan atau dilukai.

Sederhananya, psychological safety adalah ketika tidak apa-apa untuk mengambil risiko interpersonal — untuk menurunkan tembok dan menjadi rentan di depan kelompok.

Kesunyian yang kamu dengar dalam contoh di atas adalah hasil dari insting pertahanan manusia. Respons fight-or-flight akan terpicu saat berhadapan dengan ketidakpastian atau ancaman seperti:

  • Dikritik saat menawarkan ide yang buruk
  • Dibentak jika tidak setuju dengan bos
  • Dipermalukan karena mengakui kesalahan
  • Diasingkan karena memberi jawaban jujur
  • Direndahkan karena meminta bantuan
  • Et cetera
Psychological safety adalah ketika aman untuk menjadi rentan.

Itu adalah ancaman (yang dipersepsi) yang dihadapi kebanyakan orang, bahkan di situasi yang paling rukun. Apa yang dapat kamu lakukan, sebagai seorang anggota tim, untuk menjadi aman secara psikologis dalam lingkungan yang tidak aman?

Membentuk psychological safety pribadi

Tanpa banyak kontrol pada tim (seperti pemimpin), tidak banyak yang dapat kamu lakukan untuk mengatur perilaku orang lain. Namun, pikiranmu hanya dapat dan sepenuhnya dikendalikan oleh kamu. Mari kita lihat bagaimana kamu dapat membentuk psychological safety untuk diri sendiri, mulai dari dalam.

1. Lihat kegagalan secara berbeda

Takut akan kegagalan adalah dampak yang paling terlihat dari kurangnya psychological safety. Jika kamu bicara, bos bisa marah. Jika ide kamu gagal, orang-orang tidak akan melupakannya. Ini semua memang benar, tapi setelah itu, apa?

Itu hanyalah satu sisi dalam melihat kegagalan. Cara yang lebih baik adalah menempatkan kegagalan di bawah cahaya yang lebih optimis. Jika kamu bicara dan bos marah, maka kamu belajar untuk menghubunginya dalam suasana hati yang lebih baik. Jika ide kamu gagal, maka kamu belajar apa yang harus dihindari dan akan lebih berpengalaman untuk ide berikutnya.

Mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya masuk akal. Kegagalan akan terjadi selalu terjadi dan tidak bisa dihindari. Jadi sisanya terserah kamu antara menganggapnya sebagai kekalahan atau kesempatan untuk mencoba lagi dengan pengetahuan yang lebih baik. Dan ketika kamu melihatnya dengan lebih optimis, kegagalan akan terlihat tidak terlalu menyeramkan, dan akan terasa lebih aman untuk mengambil risiko.

2. Belajar mengambil risiko

Psychological safety bukanlah hal yang sama dengan zona nyaman (comfort zone), yang berarti kamu harus belajar mengambil risiko untuk mencapainya. Jika ada kemungkinan gagal, maka juga ada kemungkinan berhasil. Jika kamu punya ide untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik, atau kamu tahu suatu cara untuk memecahkan masalah, ambil risiko dan utarakan pikiranmu. Menjadi diam saja tidak akan mengubah apapun.

Selain membuat hal menjadi lebih baik, manfaat lainnya dari mengambil risiko interpersonal adalah inisiatif yang kamu ambil akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan ketika mereka mengerti bahwa aman untuk mengambil risiko interpersonal, maka akan terlihat tidak mengancam, dan psychological safety pun tercapai.

Demi tim

Walaupun memang tugas manajer untuk mendorong psychological safety dalam tim, dalam kenyataan ini adalah tanggung jawab bersama milik semua anggota, sama seperti perubahan iklim mengharuskan partisipasi semua orang untuk diperbaiki. Ini karena akan berdampak pada semua orang dalam tim, bukan hanya manajer.

Maka, psychological safety adalah untuk tim, bukan hanya personal. Bahkan hanya sebagai anggota tim pun kamu masih bisa melakukan hal ini untuk mendorong psychological safety. Intinya adalah untuk menjadi orang yang dapat membuat orang lain merasa aman, untuk menjadi alasan orang lain dapat mencapai psychological safety.

Jadilah alasan orang lain dapat menjadi aman secara psikologis.

3. Hargai orang dan mulai memberi kepercayaan

Jangan takut meminta bantuan dari orang lain. Memang ada namanya ancaman dilihat sebagai tidak kompeten, tapi ambil saja risiko itu. Orang akan merasa dihargai ketika keahlian mereka diakui. Lagipula, lebih baik mendapatkan bantuan daripada improvisasi dan membuatnya lebih buruk.

Namun intinya adalah orang akan sadar bahwa kamu mempertaruhkan psychological safety dengan meminta bantuan, atau dengan memberi bantuan walalupun harus menggunakan waktu untuk melakukan tugasmu sendiri, atau dengan mengutarakan opini yang jujur namun tidak populer.

I Trust You by RossCreations at https://www.youtube.com/watch?v=jhInj0ZHNC8

Perlahan orang-orang akan belajar untuk melakukan hal yang sama, dan ketika mereka mengambil risiko juga, tunjukkan bahwa kamu menghargai tindakan mereka — dengarkan ketika mereka mengutarakan pikiran, tawarkan bantuan ketika diminta. Begitulah bagaimana orang belajar bahwa menjadi rentan itu tidak apa-apa.

4. Putar balik golden rule

Ingat golden rule saat masih kecil? “Perlakukan orang seperti kamu ingin diperlakukan.” Mungkin terdengar mulia, tapi ternyata ini bukanlah nasihat yang begitu baik. Alasannya sangat sederhana: setiap orang berbeda, yang artinya mereka mempunyai reaksi berbeda pada setiap perlakuan.

Dalam menjadi alasan agar orang merasakan psychological safety saat di sekitarmu, penting untuk mengerti bahwa tidak semua orang ingin diperlakukan seperti yang kamu inginkan. Kata-kata lembut dapat membantumu menjadi tenang, namun bagi orang lain itu hanya akan mengingatkan akan masalah mereka.

Yang penting adalah untuk mengerti kepribadian orang yang berbeda-beda untuk menyediakan suasana yang tepat agar mereka merasa aman untuk menjadi rentan. Bahkan ini pun dapat menjadi risiko interpersonal untukmu, tapi itu akan membawa imbalan yang besar — membentuk psychological safety untuk tim, mulai dari kamu.